WEBSITE ERA ISLAM

Go to Template. Click on Edit HTML. Replace these texts with your own description. This template was designed by NewBloggerThemes.com ...

WEBSITE ERA SUNNAH

Go to Template. Click on Edit HTML. Replace these texts with your own description. This template was designed by NewBloggerThemes.com ...

WEBSITE ERA HIJRAH

Go to Template. Click on Edit HTML. Replace these texts with your own description. This template was designed by NewBloggerThemes.com ...

WEBSITE ERA DAKWAH

Go to Template. Click on Edit HTML. Replace these texts with your own description. This template was designed by NewBloggerThemes.com ...

Selasa, 11 Desember 2012

Kedudukan Ahlul Bait

Posted by NAJIB MABRURI On 22.09
Para pembaca yang mulia, semoga taufik dan hidayah Allah selalu mengiringi kita, ketahuilah bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah suri teladan terbaik bagi kita semua. Tiada jalan kebaikan melainkan yang diajarkan oleh beliau dan tiada pula jalan kesesatan melainkan yang diperingatkan oleh beliau. Setiap pribadi muslim wajib mencintai dan menaati beliau dalam semua aspek kehidupan ini.
Di antara bentuk kecintaan kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah mencintai orang-orang dekat beliau. Mereka adalah para shahabat beliau yang dengan setia sehidup dan semati membela beliau menegakkan agama Allah. Demikian pula ahlul bait (keluarga beliau) yang merupakan bagian dari diri beliau. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أُذَكِّرُكُمُ اللهَ فِي أَهْلِ بَيْتيِ
“Aku ingatkan kalian dengan nama Allah untuk selalu berbuat baik kepada ahlul baitku.” HR. Muslim

Siapakah Ahlul Bait?
Ahlul bait atau alul bait atau al ‘ithrah adalah keluarga Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang beriman dari Bani Hasyim, para istri beliau, putra-putri beliau, dan anak cucu beliau hingga hari kiamat. Demikian pula Bani al-Muththalib (menurut salah satu pendapat ulama). Mereka adalah orang-orang yang diharamkan untuk memakan harta shadaqah. (Lihat Minhajus Sunnah 4/592 dan 595, 7/239-240, dan ash Shawa’iq al-Muhriqah, hlm. 222)

Kedudukan dan Keutamaan Ahlul Bait
Ahlul bait mempunyai beberapa keutamaan yang diabadikan dalam Al-Qur`an dan Sunnah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Di antaranya adalah:
1. Allah membersihkan mereka dari kejelekan. Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan kejelekan dari kalian wahai ahlul bait dan membersihkan kalian dengan sebersih-bersihnya (dari dosa).” (Al-Ahzab: 33)
2. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan umatnya untuk berpegang teguh dengan ahlul bait, sebagaimana sabda beliau, “Sungguh aku tinggalkan untuk kalian sesuatu, yang apabila kalian berpegang teguh dengannya niscaya kalian tidak akan tersesat sepeninggalku. Salah satunya lebih besar daripada yang lainnya yaitu; kitabullah, tali Allah yang terbentang dari langit ke bumi, dan berikutnya adalah ‘itrati, yaitu ahlul baitku. Keduanya tidak akan berpisah hingga keduanya mendatangiku di telaga. Maka lihatlah bagaimana kalian menjaga dan memperhatikan keduanya sepeninggalku.” HR. Ahmad dan at-Tirmidzi
Makna berpegang dengan ahlul bait adalah mencintai mereka, menghormati mereka, menjalankan petunjuk mereka dan mengambil pelajaran dari perjalanan hidup mereka, selama tidak menyelisihi Al-Qur`an dan As-Sunnah. (Tuhfatul Ahwadzi 10/178)
3. Nasab ahlul bait merupakan nasab yang paling mulia dan pilihan. Rasulullah n bersabda, “Sesungguhnya Allah memilih Nabi Ismail dan memilih Kinanah dari keturunan Isma’il serta memilih Quraisy dari keturunan Kinanah. Allah juga memilih Bani Hasyim dari Quraisy dan memilih aku dari keturunan Bani Hasyim.” HR. Muslim
4. Nasab mereka tidak terputus hingga hari kiamat. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Semua sebab dan nasab akan terputus pada hari kiamat kecuali sebabku dan nasabku.” HR. ath-Thabarani

Sikap Ahlus Sunnah terhadap Ahlul Bait
Para pembaca yang mulia, semoga Allah subhaanahu wa ta’aalaa memudahkan kita untuk beramal shalih, setelah kita mengetahui keutamaan ahlul bait, maka bagaimanakah sikap yang tepat terhadap mereka sesuai dengan bimbingan syariat?
Asy-Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad hafizhahullaahu ta’aalaa, salah seorang ulama Madinah yang terkemuka pada masa ini berkata, “Ahlus sunnah wal jama’ah dalam seluruh permasalahan akidah selalu mengambil jalan pertengahan antara ekstrim kiri dan ekstrim kanan, demikian pula antara sikap berlebih-lebihan dan sikap meremehkan. Termasuk akidah terhadap ahlul bait, mereka mencintai setiap muslim dan muslimah yang termasuk keturunan Abdul Muththalib. Demikian pula para istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Ahlus sunnah mencintai, menyanjung, dan menempatkan mereka pada kedudukan yang mulia dengan penuh keadilan, bukan karena hawa nafsu atau serampangan. Ahlus sunnah mengakui keutamaan ahlul bait, karena pada diri-diri mereka terdapat kemuliaan iman sekaligus kemuliaan nasab. Kalau ada di kalangan para sahabat yang termasuk ahlul bait, maka Ahlus sunnah mencintainya karena keimanan dan ketakwaannya, berikutnya karena posisinya sebagai shahabat Nabi, dan terlebih lagi termasuk bagian dari keluarga beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Adapun selain dari kalangan shahabat namun termasuk dari ahlul bait, maka Ahlus sunnah mencintainya karena keimanan dan ketakwaannya, serta karena dirinya termasuk bagian dari keluarga Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Ahlus sunnah memandang bahwa kemuliaan nasab mengikuti kemulian iman. Barangsiapa yang Allah kumpulkan pada dirinya dua kriteria mulia tersebut (kemuliaan iman dan nasab), maka telah terkumpul pada dirinya dua kebaikan. Barangsiapa tidak ada pada dirinya kemuliaan iman, maka sebatas kemuliaan nasab tidak bermanfaat baginya sama sekali. Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman (yang artinya), “Orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa.” (Al-Hujurat: 13)
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam di penghujung hadits Abu Hurairah yang panjang beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ
“Barangsiapa yang lambat (tidak bersemangat) dalam amalnya, sungguh garis nasabnya tidak akan bisa membantunya.”  HR. Muslim (Lihat Fadhlu Ahlil Bait)
Hal senada juga diungkapkan oleh asy Syaikh Shalih al Fauzan hafizhahullaahu ta’aalaa, “ Ahlus sunnah mencintai ahlul bait dan memuliakan mereka, karena ia termasuk kecintaan dan penghormatan kepada Nabi. Namun hal itu disyaratkan, kondisi mereka sebagai orang-orang yang mengikuti As-Sunnah dan istiqamah di atas agama. Sebagaimana para pendahulu mereka seperti al-Abbas dan putra-putrinya, juga Ali dan putra-putrinya. Adapun dari mereka yang menyelisihi As-Sunnah dan tidak istiqamah di atas agama, maka tidak boleh memberikan kecintaan dan kesetiaan kepada mereka, meskipun secara nasab termasuk dari ahlul bait. Oleh karena itu, sikap Ahlus sunnah terhadap ahlul bait adalah sikap adil dan inshaf (pertengahan). Mereka setia kepada ahlul bait yang berpegang teguh dengan agama dan senantiasa istiqamah, serta berlepas diri dari mereka yang menyelisihi as Sunnah dan menyimpang dari agama meskipun dari ahlul bait. Keberadaannya sebagai ahlul bait dan kedekatan dari sisi kekerabatan dengan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sungguh tidak bermanfaat sedikit pun baginya, sampai ia istiqamah di atas agama ini.”
Shahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu berkata, “Ketika diturunkan kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ayat, “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (Asy-Syu’ara: 214) Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai kaum Quraisy! -atau ucapan yang semisal dengan itu-. Belilah (berusahalah untuk) diri-diri kalian, aku tidak bisa menjamin kalian dari adzab Allah sedikit pun. Wahai ‘Abbas bin Abdul Muththalib! Aku tidak bisa menjaminmu dari adzab Allah sedikit pun. Wahai Shafiyyah, bibi Rasulullah! Aku tidak bisa menjaminmu dari adzab Allah sedikit pun. Wahai Fathimah bintu Muhammad! Mintalah harta kepadaku sekehendakmu, namun aku tidak bisa menjaminmu dari adzab Allah sedikit pun.” HR. al-Bukhari

Pengakuan Tanpa Bukti
Para pembaca, semoga Allah menerima amalan kita, nasab yang paling mulia adalah nasab Nabi kita Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan sebaik-baik penyandaran nasab adalah penyandaran kepada beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan kepada ahlul baitnya jika penyandaran tersebut memang benar.
Sungguh telah banyak orang yang mengaku dirinya bagian dari keturunan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Jika memang benar penyandaran dan pengakuan tersebut dan ia seorang yang beriman, maka berarti Allah telah menggabungkan pada dirinya kemuliaan nasab dan kemuliaan iman. Namun jika ia hanya sekedar mengklaim atau mengaku-ngaku padahal sebenarnya ia bukan ahlul bait, maka ia telah melakukan perbuatan yang haram, yaitu mengklaim/mengakui sesuatu yang tidak dimilikinya. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْمُتَشَبِّعُ بِمَا لَمْ يُعْطَ كَلَابِسِ ثَوْبَيْ زُورٍ
”Orang yang mengaku-ngaku sesuatu yang tidak dimilikinya bagaikan memakai dua pakaian kedustaan.” HR. Muslim
Demikian pula, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah melarang seseorang menasabkan dirinya kepada selain nasabnya sendiri, sebagaimana dalam sabda beliau:
لَيْسَ مِنْ رَجُلٍ ادَّعَى لِغَيْرِ أَبِيهِ وَهُوَ يَعْلَمُهُ  إِلَّا كَفَرَ، وَمَنِ ادَّعَى قَوْمًا لَيْسَ لَهُ فِيهِمْ، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“Tidak ada seorangpun yang mengaku (menyandarkan diri) kepada selain ayahnya, padahal dia tahu (kalau orang tersebut bukan ayahnya), melainkan telah kufur dan seseorang yang mengaku-ngaku keturunan dari suatu kaum, padahal tidak ada keterkaitan nasab dengan mereka, maka hendaknya mempersiapkan tempat duduknya (di hari kiamat) dari api neraka.” HR. al-Bukhari dan Muslim (Lihat Fadhlu Ahlil Bait)

Kesimpulan
Dari uraian di atas kita dapat memetik beberapa faidah:
1. Ahlul bait memiliki banyak keutamaan yang telah dijelaskan dalam Al-Qur`an dan juga hadits-hadits rasul.
2. Seorang mukmin dari kalangan ahlul bait telah terkumpul padanya 2 kemuliaan, kemuliaan iman dan kemuliaan nasab/ keturunan manusia termulia, Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
3. Kewajiban bagi kaum mukminin untuk senantiasa mencintai dan menghormati serta menunaikan hak-hak yang dimiliki ahlul bait sesuai dengan bimbingan syariat. Hal ini diberikan kepada mereka yang senantiasa berpegang teguh di atas agama dan istiqamah.
Adapun bagi mereka yang menyelisihi sunnah dan menyimpang dari jalan agama, terlebih bagi mereka yang berada di luar garis Islam, maka tidak ada kewajiban bagi kita untuk menunaikan hak-hak mereka. Semoga bermanfaat,
Wallahu a’lamu bish shawab.
Penulis: Al-Ustadz Abdullah Imam hafizhahullaahu ta’aalaa
Categories:
  • Kunjungi Link Kami :

    Assalamu'alaikum, Untuk Info, Kritik dan Saran, Kontak Admin : ERA KAJIAN
    Read More..
    close
    cbox
  • Pasang Iklan Gratis

  • Kom. Pecinta Sunnah

    Kom. Pecinta Sunnah
    TK AL UMM TK AL UMM TK AL UMM TK AL UMM TK AL UMM TK AL UMM TK AL UMM TK AL UMM TK AL UMM TK AL UMM TK AL UMM TK AL UMM TK AL UMM TK AL UMM TK AL UMM TK AL UMM TK AL UMM TK AL UMM