Para pembaca –rahimakumullah– tidak jarang kita mendengar kata “barokah” dan “tabarruk”.
Pun kita sering mendengar seseorang atau kita sendiri mendoakan kepada
yang lain atau bahkan kita sendiri didoakan oleh orang lain dengan
ucapan doa “Semoga anda diberkahi”, atau ucapan-ucapan semakna yang
intinya mendoakan orang tersebut agar mendapatkan barokah (atau berkat).
Demikian pula banyak kita dapatkan sabda-sabda Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa Sallam yang menggunakan kata-kata barokah.
Lalu apa sebenarnya makna kata “Barokah” itu sendiri?
Barokah, secara etimologi (bahasa) dalam bahasa arab, diambil dari kata البركة (baca: al-birkah) yaitu tempat berkumpulnya air. Tentunya, air yang berada pada tempat tersebut banyak karena air tersebut diam dan tidak mengalir. Berangkat dari makna ini, kata barokah, secara istilah, dimaknai suatu kebaikan yang banyak dan selalu terus-menerus ada. Oleh karenanya, doa “Semoga anda diberkahi” bermakna “Semoga anda mendapatkan kebaikan yang banyak dan tetap.”
Sehingga semua yang mengandung kebaikan yang banyak dan tetap adalah termasuk barokah. Walaupun tidak secara langsung disebutkan dengan kata (lafazh) “barokah”.
Adapun istilah “Tabarruk”, yang juga sering kita dengar, bermakna meminta barokah.
Para pembaca –rahimakumullah– tabarruk dengan perkara yang syar’i memiliki beberapa jenis, diantaranya:
Tabarruk dengan ucapan, perbuatan, dan suatu bentuk keadaan.
Ada beberapa ucapan, perbuatan dan suatu bentuk keadaan yang jika diamalkan dengan niat mengharapkan barokah dan kebaikan, dilakukan dengan ikhlas, sesuai dengan bimbingan sunnah, serta tidak adanya penghalang terkabulnya harapan tersebut, maka akan didapatkan sesuai dengan yang dimaukan.
“Sesungguhnya Allah memiliki para malaikat yang berkeliling di jalan-jalan mencari ahlu dzikir (orang-orang yang berdzikir–red).”
dan di akhir hadits, tersebut firman Allah Allah Subhanallahu wa Ta’ala (artinya):
“Maka Aku menjadikan kalian {para malaikat} sebagai saksi bahwa Aku mengampuni mereka {para ahlu dzikir}.”
“Bacalah Al-Qur`an karena sesungguhnya ia akan datang nanti pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi pembacanya.”
Demikian juga tersebut dalam firman Allah Allah Subhanallahu wa Ta’ala (artinya):
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman…” [Q.S. Al Isra`: 82]
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadaMu yang dibarokahi…” [Q.S. Shaad: 29]
“Barangsiapa yang menempuh sebuah jalan dalam rangka menuntut ilmu agama, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju Al-Jannah (surga).”
Demikian juga firman Allah (artinya):
“…Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat…” [Q.S. Al Mujadillah: 11]
“Makanlah secara berjama’ah, dan ucapkanlah ‘bismillah’, maka kalian akan diberkati dengannya.”
Demikian pula dari sahabat Abdullah Ibn Abbas radliyallahu ‘anhuma, dan hadits ini dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
“Barokah itu turun di tengah makanan, maka makanlah dari pinggir, dan jangan makan dari tengah!”
Juga hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad dari shahabat Jabir Ibn Abdillah radliyallahu ‘anhu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
“Jika salah seorang dari kalian telah memakan makanan, maka janganlah ia mengusap {membersihkan} tangannya dengan sapu tangan sampai ia menjilat tangannya tersebut, karena ia tidak tahu dimana adanya barokah makanan yang ia makan tersebut.”
“Makanlah zaitun dan berminyaklah dengannya karena ia merupakan salah satu dari pohon yang diberkahi.” [H.R. Ahmad dan Al Hakim, serta dishahihkan olehnya, dari sahabat Usaid Ibn Tsabit radliyallahu ‘anhu]
Demikian pula susu, habbatus sauda’ (jinten hitam, nigella sativa), dan pohon kurma.
“Di dalam rumah ada sebuah barokah atau dua barokah.” [H.R. Ahmad]
“Sesungguhnya pada habbatus sauda’ itu ada obat untuk segala penyakit, kecuali kematian.” [H.R. Muslim dari sahabat Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu]
“Sesungguhnya pada sebuah pohon {yakni pohon kurma} terkandung barokah seperti barokahnya seorang muslim.” [H.R. Al Bukhari dari sahabat Abdullah ibn Umar radliyallahu ‘anhuma]
5. Tabarruk dengan tempat-tempat tertentu.
Disana ada tempat-tempat mengandung barokah yang jika seorang muslim beramal di tempat tersebut ia akan mendapatkan barokah.
“Barangsiapa yang ber-thaharah (bersuci–red) di rumahnya, kemudian mendatangi Masjid Quba`, kemudian ia shalat di dalamnya, maka baginya pahala sebagaimana pahala umrah.”
“Sesungguhnya Ibrahim telah mengharamkan Mekkah dan mendoakan penduduknya. Dan seseungguhnya aku mengharamkan Madinah sebagaimana Ibrahim mengharamkan Mekkah. Dan aku berdoa di setiap sha’ dan mud Madinah semisal apa yang telah Ibrahim doakan untuk penduduk Mekkah.” [H.R. Muslim dari sahabat Abdullah Ibn Zaid Ibn ‘Ashim radliyallahu ‘anhu]
Dari sahabat Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
“Barangsiapa yang menginginkan kejelekan bagi penduduk Madinah, maka Allah akan melelehkannya sebagaimana melelehnya garam di dalam air.” [H.R. Muslim]
“Beruntunglah negeri Syam.” Para sahabat bertanya: “Bagaimana bisa yang demikian itu?” Rasulullah bersabda: “Yang demkian itu dikarenakan malaikat rahmat membentangkan sayapnya di atas negeri Syam.” [H.R. Ahmad dan Al-Hakim dari sahabat Zaid Ibn Tsabit radliyallahu ‘anhu dan dishahihkan oleh Al-Hakim rahimahullah]
Oleh karena itu, barangsiapa tinggal di Mekkah, Madinah, atau Syam dalam rangka mencari barokah sebagaimana yang Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam sebutkan, maka sungguh ia telah mendapatkan taufik yang banyak. Berbeda halnya dengan orang-orang yang mencari barokah di negeri-negeri tersebut dengan cara-cara yang menyelisihi syariat, seperi ber-tabarruk dengan mengambil sebagian tanah atau pepohonan yang ada di sana atau yang lainnya yang tidak ada bimbingannya dalam syariat. Maka hal-hal seperti ini tidak akan bisa mendatangkan barokah, bahkan bisa terjatuh dalam perbuatan bid’ah, bahkan syirik.
6. Tabarruk dengan waktu-waktu tertentu.
Ada beberapa waktu yang Allah Allah Subhanallahu wa Ta’ala jadikan pada waktu-waktu tersebut sebagai waktu menuai barokah. Diantaranya adalah bulan Ramadhan yang didalamnya penuh dengan barokah, ampunan, serta rahmat dari Allah Subhanallahu wa Ta’ala.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan dengan penuh harapan untuk mendapatkan pahala maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” [H.R. Muslim dari sahabat Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu]
Demikian juga malam Lailatul Qadar. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
“Barangsiapa yang shalat pada malam lailatul qadar dengan penuh keimanan dan dengan penuh harapan untuk mendapatkan pahala, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” [H.R. Muslim dari sahabat Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu]
Begitu pula waktu-waktu yang lainnya, seperti hari Jum’at, sepertiga malam yang akhir, sepuluh hari yang awal pada bulan Dzul Hijjah dan yang semisalnya.
Para pembaca –rahimakumullah– inilah beberapa hal yang berkaitan dengan penjelasan dan beberapa rangkaian didapatkannya barokah. Yang perlu untuk diingat adalah bahwa barokah tersebut tidak akan dapat diraih seorang muslim, kecuali jika ia mengamalkan dan menjalankan amalan-amalan yang bisa mendatangkan barokah tersebut dengan penuh keikhlasan, mencontoh apa yang telah dibimbingkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam, serta menghilangkan penghalang-penghalang yang menyebabkan barokah itu tidak datang. Tidak sampai berlebih-lebihan atau bermudah-mudahan sehingga melewati batasan-batasan yang ada. Dikhawatirkan bukannya kebaikan yang akan datang, namun kejelekan yang akan diterima.
Kita berdoa kepada Allah Allah Subhanallahu wa Ta’ala agar terus diberi hidayah dan kelapangan hati untuk bisa menerima kebenaran, serta beramal dengan apa yang telah kita ketahui. Dan kita berharap hidup kita selama di dunia dibarokahi oleh-Nya.
[H.R. Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa`i (dalam “‘Amal Al-Yaum wa Al-Lailah”), Ibnu Majah, Ahmad, dan yang selainnya]
Lalu apa sebenarnya makna kata “Barokah” itu sendiri?
Barokah, secara etimologi (bahasa) dalam bahasa arab, diambil dari kata البركة (baca: al-birkah) yaitu tempat berkumpulnya air. Tentunya, air yang berada pada tempat tersebut banyak karena air tersebut diam dan tidak mengalir. Berangkat dari makna ini, kata barokah, secara istilah, dimaknai suatu kebaikan yang banyak dan selalu terus-menerus ada. Oleh karenanya, doa “Semoga anda diberkahi” bermakna “Semoga anda mendapatkan kebaikan yang banyak dan tetap.”
Sehingga semua yang mengandung kebaikan yang banyak dan tetap adalah termasuk barokah. Walaupun tidak secara langsung disebutkan dengan kata (lafazh) “barokah”.
Adapun istilah “Tabarruk”, yang juga sering kita dengar, bermakna meminta barokah.
Para pembaca –rahimakumullah– tabarruk dengan perkara yang syar’i memiliki beberapa jenis, diantaranya:
Tabarruk dengan ucapan, perbuatan, dan suatu bentuk keadaan.
Ada beberapa ucapan, perbuatan dan suatu bentuk keadaan yang jika diamalkan dengan niat mengharapkan barokah dan kebaikan, dilakukan dengan ikhlas, sesuai dengan bimbingan sunnah, serta tidak adanya penghalang terkabulnya harapan tersebut, maka akan didapatkan sesuai dengan yang dimaukan.
- Tabarruk dengan ucapan (amalan lisan)
- Dzikrullah
“Sesungguhnya Allah memiliki para malaikat yang berkeliling di jalan-jalan mencari ahlu dzikir (orang-orang yang berdzikir–red).”
dan di akhir hadits, tersebut firman Allah Allah Subhanallahu wa Ta’ala (artinya):
“Maka Aku menjadikan kalian {para malaikat} sebagai saksi bahwa Aku mengampuni mereka {para ahlu dzikir}.”
- Membaca Al-Qur`an
“Bacalah Al-Qur`an karena sesungguhnya ia akan datang nanti pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi pembacanya.”
Demikian juga tersebut dalam firman Allah Allah Subhanallahu wa Ta’ala (artinya):
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman…” [Q.S. Al Isra`: 82]
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadaMu yang dibarokahi…” [Q.S. Shaad: 29]
- Tabarruk dengan perbuatan (amalan anggota badan)
- Tholabul ilmi
“Barangsiapa yang menempuh sebuah jalan dalam rangka menuntut ilmu agama, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju Al-Jannah (surga).”
Demikian juga firman Allah (artinya):
“…Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat…” [Q.S. Al Mujadillah: 11]
- Melaksanakan shalat berjama’ah
لَا يَتَوَضَّأُ رَجُلٌ مُسْلِمٌ
فَيُحْسِنُ الْوُضُوءَ فَيُصَلِّي صَلَاةً إِلَّا غَفَرَ اللهُ لَهُ مَا
بَيْنَهُ وَبَيْنَ الصَّلَاةِ الَّتِي تَلِيهَا
“Tidaklah seseorang berwudhu, kemudian menyempurnakan wudhunya,
kemudian shalat, kecuali Allah akan mengampuni dosanya sejak dia shalat
sampai shalat berikutnya.” [H.R. Muslim dari sahabat ‘Utsman Ibn ‘Affan radliyallahu ‘anhu]- Tabarruk dengan keadaan
- Makan secara berjama’ah
“Makanlah secara berjama’ah, dan ucapkanlah ‘bismillah’, maka kalian akan diberkati dengannya.”
Demikian pula dari sahabat Abdullah Ibn Abbas radliyallahu ‘anhuma, dan hadits ini dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
“Barokah itu turun di tengah makanan, maka makanlah dari pinggir, dan jangan makan dari tengah!”
Juga hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad dari shahabat Jabir Ibn Abdillah radliyallahu ‘anhu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
“Jika salah seorang dari kalian telah memakan makanan, maka janganlah ia mengusap {membersihkan} tangannya dengan sapu tangan sampai ia menjilat tangannya tersebut, karena ia tidak tahu dimana adanya barokah makanan yang ia makan tersebut.”
- Tabarruk dengan makanan tertentu
- Minyak Zaitun
“Makanlah zaitun dan berminyaklah dengannya karena ia merupakan salah satu dari pohon yang diberkahi.” [H.R. Ahmad dan Al Hakim, serta dishahihkan olehnya, dari sahabat Usaid Ibn Tsabit radliyallahu ‘anhu]
Demikian pula susu, habbatus sauda’ (jinten hitam, nigella sativa), dan pohon kurma.
- Susu
“Di dalam rumah ada sebuah barokah atau dua barokah.” [H.R. Ahmad]
- Habbatus Sauda`
“Sesungguhnya pada habbatus sauda’ itu ada obat untuk segala penyakit, kecuali kematian.” [H.R. Muslim dari sahabat Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu]
- Kurma
“Sesungguhnya pada sebuah pohon {yakni pohon kurma} terkandung barokah seperti barokahnya seorang muslim.” [H.R. Al Bukhari dari sahabat Abdullah ibn Umar radliyallahu ‘anhuma]
5. Tabarruk dengan tempat-tempat tertentu.
Disana ada tempat-tempat mengandung barokah yang jika seorang muslim beramal di tempat tersebut ia akan mendapatkan barokah.
- Semua Masjid
- Masjidil Haram
- Masjid Nabawi
- Masjidil Aqsha
“Barangsiapa yang ber-thaharah (bersuci–red) di rumahnya, kemudian mendatangi Masjid Quba`, kemudian ia shalat di dalamnya, maka baginya pahala sebagaimana pahala umrah.”
- Kota Makkah (Mekah) dan Madinah
“Sesungguhnya Ibrahim telah mengharamkan Mekkah dan mendoakan penduduknya. Dan seseungguhnya aku mengharamkan Madinah sebagaimana Ibrahim mengharamkan Mekkah. Dan aku berdoa di setiap sha’ dan mud Madinah semisal apa yang telah Ibrahim doakan untuk penduduk Mekkah.” [H.R. Muslim dari sahabat Abdullah Ibn Zaid Ibn ‘Ashim radliyallahu ‘anhu]
Dari sahabat Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
“Barangsiapa yang menginginkan kejelekan bagi penduduk Madinah, maka Allah akan melelehkannya sebagaimana melelehnya garam di dalam air.” [H.R. Muslim]
- Negeri Syam (Syiria, Palestina)
“Beruntunglah negeri Syam.” Para sahabat bertanya: “Bagaimana bisa yang demikian itu?” Rasulullah bersabda: “Yang demkian itu dikarenakan malaikat rahmat membentangkan sayapnya di atas negeri Syam.” [H.R. Ahmad dan Al-Hakim dari sahabat Zaid Ibn Tsabit radliyallahu ‘anhu dan dishahihkan oleh Al-Hakim rahimahullah]
Oleh karena itu, barangsiapa tinggal di Mekkah, Madinah, atau Syam dalam rangka mencari barokah sebagaimana yang Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam sebutkan, maka sungguh ia telah mendapatkan taufik yang banyak. Berbeda halnya dengan orang-orang yang mencari barokah di negeri-negeri tersebut dengan cara-cara yang menyelisihi syariat, seperi ber-tabarruk dengan mengambil sebagian tanah atau pepohonan yang ada di sana atau yang lainnya yang tidak ada bimbingannya dalam syariat. Maka hal-hal seperti ini tidak akan bisa mendatangkan barokah, bahkan bisa terjatuh dalam perbuatan bid’ah, bahkan syirik.
6. Tabarruk dengan waktu-waktu tertentu.
Ada beberapa waktu yang Allah Allah Subhanallahu wa Ta’ala jadikan pada waktu-waktu tersebut sebagai waktu menuai barokah. Diantaranya adalah bulan Ramadhan yang didalamnya penuh dengan barokah, ampunan, serta rahmat dari Allah Subhanallahu wa Ta’ala.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan dengan penuh harapan untuk mendapatkan pahala maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” [H.R. Muslim dari sahabat Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu]
Demikian juga malam Lailatul Qadar. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
“Barangsiapa yang shalat pada malam lailatul qadar dengan penuh keimanan dan dengan penuh harapan untuk mendapatkan pahala, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” [H.R. Muslim dari sahabat Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu]
Begitu pula waktu-waktu yang lainnya, seperti hari Jum’at, sepertiga malam yang akhir, sepuluh hari yang awal pada bulan Dzul Hijjah dan yang semisalnya.
Para pembaca –rahimakumullah– inilah beberapa hal yang berkaitan dengan penjelasan dan beberapa rangkaian didapatkannya barokah. Yang perlu untuk diingat adalah bahwa barokah tersebut tidak akan dapat diraih seorang muslim, kecuali jika ia mengamalkan dan menjalankan amalan-amalan yang bisa mendatangkan barokah tersebut dengan penuh keikhlasan, mencontoh apa yang telah dibimbingkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam, serta menghilangkan penghalang-penghalang yang menyebabkan barokah itu tidak datang. Tidak sampai berlebih-lebihan atau bermudah-mudahan sehingga melewati batasan-batasan yang ada. Dikhawatirkan bukannya kebaikan yang akan datang, namun kejelekan yang akan diterima.
Kita berdoa kepada Allah Allah Subhanallahu wa Ta’ala agar terus diberi hidayah dan kelapangan hati untuk bisa menerima kebenaran, serta beramal dengan apa yang telah kita ketahui. Dan kita berharap hidup kita selama di dunia dibarokahi oleh-Nya.
Doa Barokah Untuk Kedua Mempelai
بَارَكَ اللهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَامَعَ بينكما في خَيْر
“Semoga Allah memberkahimu dan melimpahkan berkah atasmu, dan mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan.”[H.R. Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa`i (dalam “‘Amal Al-Yaum wa Al-Lailah”), Ibnu Majah, Ahmad, dan yang selainnya]
Categories: Aqidah